Assalamulaikum wbt..
Salam Ramadhan Semua..
Salam Ramadhan Semua..
Sangat sulit
menjelaskan hakikat dan makrifat kepada orang-orang yang mempelajari agama
hanya pada tataran Syariat saja, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist akan
tetapi tidak memiliki ruh dari pada Al-Qur’an itu sendiri. Padahal hakikat dari
Al-Qur’an itu adalah Nur Allah yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dengan
Nur itulah Rasulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari Allah
SWT. Hapalan tetap lah hapalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya rendah
tidak adakan mampu menjangkau hakikat Allah, otak itu baharu sedangkan Allah
itu adalah Qadim sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada Qadim. Kalau anda
cuma belajar dari dalil dan mengharapkan bisa sampai kehadirat Allah dengan
dalil yang anda miliki maka PASTI anda tidak akan sampai kehadirat-Nya.
Ketika anda
tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat heran dengan ucapan
orang-orang yang sudah bermakrifat, bisa berjumpa dengan Malaikat, berjumpa
dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan anda menganggap itu sebuah
kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan lagi puluhan bahkan ratusan dalil
untuk membantah ucapan para ahli makrifat tersebut dengan dalil yang menurut
anda sudah benar, padahal kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat
mendukung ucapan para Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dibutakan oleh
hawa nafsu, dalam Al-Qur’an disebuat Khatamallahu ‘ala Qulubihim (Tertutup mata
hati mereka) itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan.
Rasulullah
SAW menggambarkan Ilmu hakikat dan makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun”
artinya “Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadist yang dibawakan oleh
Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya sebagian ilmu itu
ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak
ada seoranpun mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya
maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa (tidak
berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salamy).
Di dalam
hadist ini jelas ditegaskan menurut kata Nabi bahwa ada sebagian ilmu yang
tidak diketahui oleh siapapun kecuali para Ulama Allah yakni Ulama yang selalu
Zikir kepada Allah dengan segala konsekwensinya. Ilmu tersebut sangat indah
laksana perhiasan dan tersimpan rapi yakni ilmu Thariqat yang didalamnya
terdapat amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan lain-lain.
Masih ingat
kita cerita nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir perjumpaan mereka
membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk menjaga harta berupa emas
yang tersimpan dalam rumah, kalau rumah tersebut dibiarkan ambruk maka emasnya
akan dicuri oleh perampok, harta tersebut tidak lain adalah ilmu hakikat dan
makrifat yang sangat tinggi nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu
syariat yang harus tetap dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan
yang tidak berhak.
Semakin
tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadist nabi yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah sebagai berikut : “Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu,
pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian
manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak
diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang seperti
“Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian
memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani).
Hadist di
atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan demikian barulah kita
sadar kenapa banyak orang yang tidak senang dengan Ilmu Thariqat? Karena ilmu
itu memang amat rahasia, sahabat nabi saja tidak diizinkan untuk disampaikan
secara umum, karena ilmu itu harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari
nabi izin itu diteruskan kepada Khalifah nya terus kepada para Aulia Allah
sampai saat sekarang ini.
Jika ilmu
Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang belum berbait zikir atau
“disucikan” sebagaimana telah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ala,
orang-orang yang cuma Ahli Syariat semata-mata, maka sudah barang tentu akan
timbul anggapan bahwa ilmu jenis kedua ini yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan
Ma’rifat adalah Bid’ah dlolalah.
Dan mereka
ini mempunyai I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut jelas diingkari oleh
syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu yang kedua itu tadi justru
merupakan intisari daripada ilmu yang pertama artinya ilmu Thariqat itu
intisari dari Ilmu Syari’at.
Oleh karena
itu jika anda ingin mengerti Thariqat, Hakekat dan Ma’rifat secara mendalam
maka sebaiknya anda berbai’at saja terlebih dahulu dengan Guru Mursyid
(Khalifah) yang ahli dan diberi izin dengan taslim dan tafwidh dan ridho. Jadi
tidak cukup hanya melihat tulisan buku-buku lalu mengingkari bahkan mungkin
mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli thariqat.
Dalam setiap
peristiwa yang mewarnai kehidupan ini, seringkali kita tidak mampu atau tidak
mau menangkap kehadiran Allah dengan segala sifat-sifatNya. Padahal sifat-sifat
Allah sangat terkait erat dengan ayat-ayat kauniyahNya yang terhampar di atas
muka bumiNya. Betapa Allah –melalui ayat-ayat kauniyahNya- memang ingin menunjukkan
keMaha KuasaanNya dan keMaha BesaranNya agar hamba-hambaNya senantiasa mawas
diri, waspada dan berhati-hati dalam bertindak dan berprilaku agar tidak
mengundang turunnya sifat JalilahNya yang tidak akan mampu dibendung, apalagi
dilawan oleh siapapun, dengan upaya dan sarana kekuatan apapun tanpa
terkecuali, karena memang Allahlah satu-satunya pemilik kekuatan dan kekuasaan
terhadap seluruh makhlukNya.
Dipetik dari
: Tulisan Syekh Samman
No comments:
Post a Comment