PENJELASAN TENTANG LUASNYA RAHMAT الله, ATAS DASAR SIKAP OPTIMISME KEPADA YANG DEMIKIAN.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dan adalah رسول الله SAW sangat menyukai sikap optimis, dan tiadalah bagi kita suatu amal yang lebih diharapkan akan maghfirah-Nya selain mengikuti jejak رسول الله SAW didalam hal optimis akan rahmat الله, dan kita mengharap semoga kita diakhirkan dengan kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. الله Ta’ala telah berfirman :
ان الله لا يغفر ان يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء
Sesungguhnya الله tiada mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni selain daripada syirik kepada orang yang dikehendaki
Dan الله Ta’ala telah berfirman telah berfirman, :
قل ياعبادى الذين اسرفواعلى انفسهم لاتقنطوامن رحمة الله ان الله يغفر الذنوب جميعا انه هو الغفور الرحيم
Katakan kepada hambaku yang melampaui batas atas diri mereka, “Janganlah kalian semua berputus asa dari rahmart الله. Sesungguhnya الله mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Kasih.
.
.
.
KITAB KASIH SAYANG, RINDU, JINAK HATI DAN RIDHA
سم الله الرحمن الرحيم
Adalah kitab ke enam dari rub’u yang menyelamatkan dari kitab Ihya Ulumuddin
Segala puji bagi الله yang membersihkan hati para wali-Nya dari berpaling kepada keelokan dunia dan kekayaannya. Kemudian Ia megikhlaskan hati mereka untuk berhenti di atas permadani kemuliaan-Nya. Kemudian Ia menjadi penerang bagi mereka dengan asma dan sifat-Nya sehingga menjadi cemerlang dengan nur ma’rifah-Nya. Kemudian Ia menyingkapkan bagi mereka dari keagungan-Nya sehingga terbakar dengan api kasih sayang-Nya. Kemudian Ia terhijab/terdinding dari padanya dengan hakikat keagungan-Nya sehingga hati para wali itu heran dalam lapangan luas keagunagan dan kebesaran-Nya.
.
Penjelasan keadaan para sahabat, tabi’in, para salaf dan orang-orang salih tentang bersangatannya takut
بسم الله الرحمن الرحيم
Penjelasan keadaan para sahabat, tabi’in, para salaf dan orang-orang salih tentang bersangatannya takut
Diriwayatkan babhwa Abu Bakar As-Shidiq berkata kepada burung, “Kiranya aku seperti engkau, wahai burung, dan aku tidak dijadikan manusia”.
Abu Dzar RA berkata, “Aku ingin jikalau aku ini hanyalah sebatang pohon kayu yang ditolong orang”. Begitu juga kata Thalhah.
Utsman berkata,”Aku ingin bahwa aku jika mati maka aku tidak dibangkitkan.
‘Aisyah RA berkata, “aku menginginkan bahwa aku ini dilupakan orang”.
Diriwayatkan bahwa Umar RA jatuh pingsan dari karena ketakutan apabila mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Maka ia dikunjungi hingga beberapa hari. Dan pada suatu hari ia mengambil sepotong jerami dan tanah lalu mengatakan, “kiranya aku adalah jerami ini. Kiranya tidaklah aku ini sesuatu yang disebutkan orang. Kiranya aku ini dilupakan orang. Kiranya aku ini tidak dilahirkan oleh ibuku”.
.
.
…………..Baca Selengkapnya di sini.
Kitab Tentang Puasa
بسم الله الرحمن الحيم
Segala puji bagi الله yang sangat memperhatikan kebaikan hamba-Nya dengan melindungi mereka dari tipu daya syaitan. Dan mengembalikan cita-cita dan harapan mereka serta menghapus berbagai prasangka. Karena itu Dia menjadikan puasa sebagai perisai dan pelindung bagi para kekasih-Nya, dan dengan puasa Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu surga. Dan Dia memberitahukan kepada mereka bahwa perantaraan syaitan untuk masuk ke dalam hati adalah dengan syahwat. Dan sesungguhnya dengan menekan (syahwat) maka jiwa akan menjadi tenang, duri di dalamnya akan tercabut keluar dengan mudah dan sedikit perlawanan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW pemimpin semua makhluk yang menyampaikan sunnah dan semoga juga terlimpah kepada keluarga Nabi dan para sahabat yang memiliki pandangan pemikiran yang tajam serta akal yang cerdik dan semoga banyaknya salam tertuju kepada mereka semua.
Amma ba’d sesungguhnya puasa merupakan bagian dari iman sesuai sabda رسول اللهSAW الصبر نصف الامان sabar itu separuh dari iman kemudian puasa itu disendirikan dengan pengistimewaan penisbatan kepada الله SWT diantara ibadah-ibadah yang lain dimana اللهSWT telah berfirman di dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi SAW
كل حسنة بعشرامثالهاالى سبعماءة ضعف الا الصيام فانه لى وانا اجزى به
Sesungguhnya pahala amal kebaikan itu digandakan sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipat kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya.
Dan الله SWT telah bersabda :
انما يوفى الصابرون اجرهم بغير حساب
Sesungguhnya pahala bagi orang yang sabar diberikan tanpa hitungan.
Dan puasa adalah separuh sabar dan pahalanya telah melampaui batasan hitungan
رسول الله SAW bersabda,
والدْى نفسى بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك
Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa (dinilai) oleh الله lebih harum daripada bau minyak misk.
الله SWT berfirman, “Sesungguhnya mereka meninggalkan syahwat, makanan dan minuman karena Aku, maka puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.
وقال صل الله عليه وسلم – للجنة باب يقال له الريان لا يدخله الا الصائمونوهون
وهو موعود بلقاء الله تعالى فى جزاء صومه
Sesungguhnya di surga ada pintu yang bernama Baab al-rayaan tidak ada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali orang-orang yang berpuasa. Itu adalah tempat untuk berjumpa dengan الله sebagai pahala dari puasanya.
وقال صل الله عليه وسلم للصائم فرحتان – فرحة عند افطاره وفرحة عند لقاء ربه
Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan. Kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya.
وقال صل الله عليه وسلم – لكل شيء باب وباب العبادة الصوم
Sesungguhnya segala sesuatu itu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa.
وقال صل الله عليه وسلم نوم الصائم عبادة
Tidur orang yang berpuasa adalah ibadah.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa رسول الله SAW bersabda, “apabila datang bulan ramadhan maka dibukalah pintu surga dan ditutuplah pintu neraka serta setan dibelenggu. Kemudian berserulah penyeru ‘Wahai para pencari kebajikan bersegeralah, dan wahai para pencari kejahatan kurangilah (kejahatanmu).”’
Waqi’ berkata dalam firman الله
كلواواشربوا هنيئا بما اسلفتم فى الايام الخالية
Makan dan minumlah kalian semua dengan senang hati sebab amalmu pada masa lalu. –“Yang dimaksud adalah hari-hari dimana engkau meninggalkan makan dan minum karena berpuasa”.
Sesungguhnya الله membandingkan antara zuhud terhadap dunia dan berpuasa makaرسول الله SAW bersabda :
ان الله يباهي ملائكته باالشاب العابد فيقول – ايها الشاب التارك شهوته لآجلى المبدْل شبابه لى
انت عندى كبعض ملائكتى
Sesungguhnya الله SWT membanggakan para malaikat-Nya dengan seorang pemuda yang ahli ibadah. Maka Dia berfirman, “Wahai pemuda yang meninggalkan syahwatnya karena Aku, yang menggunakan masa mudanya untuk-Ku, engkau di sisi-Ku seperti sebagian malaikatku.”
Dan Nabi SAW bersabda mengenai orang yang berpuasa, “الله SWT berfirman,’Lihatlah wahai para malaikat-Ku kepada hamba-Ku yang meninggalkan syahwatnya dan kesenangannya dan makanan dan minumnya karena mengikuti perintah-Ku’”
Dan dikatakan mengenai firman الله SWT
فلاتعلم نفس ما اخفي لهم من قرة اعين جزاء بما كانوا يعملون
Setiap jiwa tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari pahal yang menyenangkan hati sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan : (dikatakan bahwa amalan yang mereka kerjakan adalah puasa karena Allah SWT berfirman “Sesungguhnya pahala orang-orang yang sabar akan diberikan dengan tanpa hitungan”.
Dan sesungguhnya ibada puasa dalam beberapa hal termasuk ibadah yang istimewa apabila dilihat dari beberapa segi diantaranya adalah 1. Bahwa hakikat puasa adalah menahan diri dan meninggalkan syahwat. Dan sesungguhnya puasa juga ibadah yang sirri(tersembunyi) karena tidak terdapat aktifitas di dalamnya yang terdeteksi oleh orang lain sedangkan amal lain dapat dilihat oleh makhluk sehingga menyebabkan riya . Adapun puasa maka tidak ada yang dapat melihat kecuali الله SWT karena ia adalah amal di dalam bathin dengan sabar dan sendirian. 2. Puasa sesungguhnya memerangi dan menaklukkan musuhالله SWT karena perantaraan (media) bagi setan la’natuLlah alaih untuk masuk ke dalam hati adalah syahwat. Dan sesungguhnya kuatnya syahwat itu disebabkan oleh makan dan minum. Oleh karena itu رسول الله SAW bersabda :
“Sesungguhnya syetan itu mengalir di dalam tubuh anak Adam pada tempat aliran darah. Maka persempitlah salurannya dengan lapar.”
Karena itulah رسول الله SAW bersabda kepada ‘Aisyah RA, “Terus meneruslah engkau mengetuk pintu surga”.
‘Aisyah RA bertanya,”Dengan apa ?”
رسول الله SAW menjawab, “Dengan lapar”.
Oleh karena itu dengan memerangi dan menaklukkan musuh الله berupa syetan sesungguhnya kita telah menolong agama الله SWT. Apabila kita mau menolong agama اللهmaka الله pun akan menolong kita :
انتنصروا الله ينصركم ويثبت اقدامكم
Jika engkau menolong agama الله maka الله akan menolong kamu semua dan الله akan mengokohkan kakimu (memberimu kekuatan)
Maka pada awalnya Dimulai dengan kerja keras dari hamba kemudian الله SWT akan memberi hidayah kepadanya. Karena itu الله SWT berfirman
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغير ما بانفسهم
Sesungguhnya الله tidak merubah nasib suatu kaum hingga mereka mahu merubah dirinya sendiri.
Adapun obyek yang dapat merubah karakter manusia adalah banyaknya syahwat yang merupakan sarang dan padang gembalaan syaitan. Oleh karena itu selama nafsu syahwat masih tumbuh subur di dalam diri manusia maka selama itu juga gaungnya tidak akan pernah berhenti. Dan selama getaran syahwat terus berlangsung, selama itu pula hati seorang hamba tidak akan dapat terbuka untuk melihat keagungan الله SWT, dan adalah iaterhijab dari bertemu dengan Tuhannya. Telah bersabda رسول الله SAW, :
لولا أن الشياطين يحومون علىقلوب بنى أدم لنظروا الى ملكوت السموات
Jika bukan karena syaitan tinggal di hati anak Adam niscaya mereka dapat melihat kerajaan langit.
Maka dengan maksud diatas, puasa itu menjadi pintu ibadah, dan merupakan benteng pertahanan bagi hamba الله. Dan apabila besar fadhilah puasa, maka tidak boleh tidak untuk menjelaskan syarat-syarat yang lahir maupun bathin dengan menerangkanrukun-rukun dan sunah-sunah puasa dan syarat-syarat bathinnya. Oleh karena itu akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Hal ihwal keadaan para Nabi dan para malaikat SAW tentang takut
Dari Kitab Ihya ‘Ulumuddin Bab Kitab Takut dan Harap
Yahya bin Abi katsir berkata, “Telah sampai kepada kami riwayat bahwa nabi Dawud AS apabila ia bermaksud meratap niscaya ia berhenti sebelum itu selama seminggu, tidak makan makanan, tidak meminum minuman dan tidak mendekati wanita. Apabila ia sehari sebelum itu, maka dikeluarkan mimbar baginya di tanah lapang. Maka ia suruh Sulaiman supaya mengumumkan dengan suara yang meminta kedatangan para tamu dari negeri itu dan sekelilingnya yaitu dari semak-semak, bukit-bukit, gunung, padang sahara, candi-candi dan biara-biara maka diserukan kepada mereka ‘Ketahuilah siapa yang ingin mendengarkan ratapan Dawud maka datanglah !”‘
Yahya bin Abi Katsir meneruskan ceritanya. “Maka datanglah binatang-binatang liar dari padang sahara dan bukit-bukit dan datanglah binatang buas dari semak-semak dan datanglah binatang yang melata dari gunung-gunung dan datanglah burung-burung dari sarangnya.
Penjelasan arti سوءالخاتمة
Neraka Allah yang menyala-nyala itu tidak mengambil selain kepada orang-orang yang terhijab dari Allah
بسم الله الرحمن الرحيم
Penjelasan arti سوءالخاتمة (Buruk kesudahan) (-hya ‘Ulumuddin
Kalau anda bertanya bahwa kebanyakan mereka itu takutnya adalah kepada suu-ul khaatimah maka apa arti suu-ul khaatimah itu ?
Ketahuilah bahwasanya suu-ul khaatimah itu ada dua tingkat, salah satunya lebih besar dari yang lain.
Ketahuilah bahwasanya suu-ul khaatimah itu ada dua tingkat, salah satunya lebih besar dari yang lain.
PENJELASAN : Obat yang dapat menarik kepada keadaan takut.
PENJELASAN : Obat yang dapat menarik kepada keadaan takut. (Serial Ihya ‘Ulumuddin) Al-Ghazali.
Ketahuilah sesungguhnya apa yang telah kami sebutkan pada obat sabar dan apa yang telah kami jelaskan pada kitab sabar dan syukur, semua itu telah menculupi pada maksud semua ini. Karena sesungguhnya sabar tidak dapat dihasilkan melainkan setelah berhasilnya keadaan takut dan harap karena permulaan maqam di dalam agama adalahyakin yang diibaratkan sebagai kekuatan iman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir dan terhadap surga dan neraka. Dan yakin ini dengan mudah akan dapat mengobarkan ketakutan kepada neraka dan mengharapkan surga. Kemudian harap dan takut akan bertambah kuat dengan adanya sabar karena sesungguhnya sabar itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu. Maka tiada akan mampu menanggunya melainkan dengan kekuatan harap. Neraka dikelilingi oleh kesenangan nafsu syahwat oleh karena itu tidak akan sabar dalam menahannya kecuali dengan kekuatan khauf/takut. Karena itulah telah berkata ‘Ali KarramaLLahu wajhah, “Barang siapa yang merindukan surga niscaya ia menyimpang dari segala nafsu syahwat. Barang siapa yang menyayangi dirinya akan api neraka, niscaya ia kembali (tidak mengerjakan) hal-hal-yang haram.
Kemudian dilaksanakanlah tingkatan/maqqam sabar dengan diambil manfaatnya dari kauf dan raja’ kepada tingkatan mujahadah dan fokus kepada berdzikir mengingat Allah Ta’ala dan terus menerus bertafakur kepada-Nya.
Dan dzikir yang terus menerus akan membawa kepada kejinakan hati sedangkan terus menerusnya bertafakur akan membawa kepada sempurnanya ma’rifah. Dan terus menerusnya tafakur sampai kepada sempurnanya ma’rifah akan membawa kepadamahabbah/kecintaan yang diikuti oleh maqam ridho dan tawakal dan beberapa tingkatan/maqamat ………………………..baca selengkapnya
Lebih Utama Khauf atau Raja’
Lebih Utama Khauf atau Raja’
Penjelasan bahwa yang lebih utama itu adalah bersangatannya harap atau bersangatannya takut atau sedang dari keduanya.
Ketahuilah sesungguhnya hadits yang menerangkan keutamaan khauf (takut) dan raja (Harap) sangatlah banyak. Dan terkadang seseorang yang memperhatikan akan melihat keduanya lalu terliputi oleh keraguan manakah yang lebih utama dari keduanya. Ada yang mengatakan bahwa khauf itu lebih utama atau raja (yang lebih utama). Itu adalah pertanyaan yang tidak benar, seperti mereka yang mengatakan bahwa roti itu lebih utama daripada air minum. Adapun jawaban yang benar adalah bahwa roti itu lebih utama bagi orang yang lapar, sedangkan air itu lebih utama bagi orang yang kehausan……………Baca Selengkapnya
Pengantar Kitab Sabar dan Syukur
Pengantar Kitab Sabar dan Syukur
Kitab sabar dan syukur
Yaitu Kitab ke dua dari perempat bagian yang menyelamatkan dari kitab Ihya ‘Ulumuddin
Yaitu Kitab ke dua dari perempat bagian yang menyelamatkan dari kitab Ihya ‘Ulumuddin
Segala puji bagi Allah sang Empunya pujian dan sanjungan, yang sendiri dengan baju kebesaran-Nya, Maha Esa dengan sifat-sifat kemuliaan dan keluhuran, yang menguatkan kecemerlangan para wali dengan kekuatan sabar terhadap suka dan duka dan bersyukur atas segala bencana dan ni’mat. Shalawat kepada Muhammad SAW, penghulu para nabi. Dan kepada para sahabatnya penghulu orang-orang yang suci jiwanya, dan kepada keluarganya pemimpin orang-orang yang berbuat kebajikan lagi taqwa. Shalawat yang terlindung dengan kekekalan dari kerusakan, yang terpelihara secara terus menerus dari terputus dan berkesudahan…………………………….Baca Selengkapnya
PENJELASAN : Hakikat Sabar dan maknanya.
PENJELASAN : Hakikat Sabar dan maknanya.
Ketahuilah kiranya bahwa sabar itu merupakan suatu maqam (Tingkat) dari beberapa tingkatan agama. Dan suatu kedudukan dari beberapa kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah Ta’ala (saalikiin).
Semua maqam-maqam agama itu hanya dapat tersusun dari tiga hal : ma’irfah, haal, dan amal perbuatan. Ma’rifah adalah pokok. Dialah yang mewariskan haal ihwal. Dan haal itu yang membuahkan amal perbuatan.
Ma’rifah itu seperti pohon kayu. Hal ihwal itu seperti ranting dan amal perbuatan itu seperti buah. Dan ini terdapat pada semua maqam orang-orang yang berjalan menuju Allah Ta’ala.
Dan nama iman, sesekali dikhususkan dengan ma’rifah sesekali disebutkan secara mutlak kepada semuanya sebagaimana telah kami sebutkan pada perbedaan nama iman dan islam pada kitab “Kaidah-kaidah ‘aqaid”. Seperti ini pula sabar, tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan hal-ihwal yang tegak berdiri……………………………..Baca Selengkapnya
Semua maqam-maqam agama itu hanya dapat tersusun dari tiga hal : ma’irfah, haal, dan amal perbuatan. Ma’rifah adalah pokok. Dialah yang mewariskan haal ihwal. Dan haal itu yang membuahkan amal perbuatan.
Ma’rifah itu seperti pohon kayu. Hal ihwal itu seperti ranting dan amal perbuatan itu seperti buah. Dan ini terdapat pada semua maqam orang-orang yang berjalan menuju Allah Ta’ala.
Dan nama iman, sesekali dikhususkan dengan ma’rifah sesekali disebutkan secara mutlak kepada semuanya sebagaimana telah kami sebutkan pada perbedaan nama iman dan islam pada kitab “Kaidah-kaidah ‘aqaid”. Seperti ini pula sabar, tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan hal-ihwal yang tegak berdiri……………………………..Baca Selengkapnya
Penjelasan tingkat-tingkat khauf dan perbedaan tentang kuat dan lemahnya
Ketahuilah bahwa sesungguhnya khauf itu terpuji dan terkadang menganggap bahwa segala sesuatu yang dinamakan khuf itu terpuji. Sehingga segala sesuatu yang lebih kuat dan lebih banyak dalam mas’alah ini adalah lebih baik. Dan pendapat yang demikian ini adalah salah. Akan tetapi sesungguhnya khuf adalah cambuk Allah yang dengan cambuk ini Allah menggiring hambanya kepada sifat rajin atas ilmu dan amal agar dengan keduanya (ilmu dan amal) seorang hamba akan memperoleh derajad kedekatan kepada Allah Ta’ala.
Penjelasan tentang obat harap, dan jalan yang menghasilkan dari keadaan harap dan menguatkan pada harap
Ketahuilah bahwasanya obat harap ini yang membutuhkannya adalah salah satu dari dua macam orang yaitu
1. diperuntukkan bagi seseorang yang telah bersangatan keputus asaaannya dari rahmat Allah sehinga menyebabkan ia meninggalkan ibadah.
Kitab Takut dan Harap
Yaitu : Kitab ke tiga daru “rub’u”/perempat bagian yang menyelamatkan
Dari “kitab Ihya – Ulumuddin.
Penjelasan keutamaan harap/raja’ dan menggalakkan pada harap
Ketahuilah kiranya bahwa amal berdasarkan harap itu lebih tinggi dari pada amal berdasarkan atas takut. Karena hamba yang paling dekat terhadap Allah Ta’ala itu adalah yang paling mencintaiNya. Dan cinta itu diperkuat dengan adanya harap. Ambilah ibarat yang demikian itu dengan dua orang raja. Yang seorang dilayani karena takut akan siksaannya, dan yang seorang lagi dilayani dengan mengharap akan balasannya. Dan karean itulah ada pada harap dan berbaik sangka, beberapa penggalakan lebih-lebih pada waktu mati. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah”. S.Azzumar 53.
Penjelasan tingkat-tingkat khauf dan perbedaan tentang kuat dan lemahnya
Ketahuilah bahwa sesungguhnya khauf itu terpuji dan terkadang menganggap bahwa segala sesuatu yang dinamakan khuf itu terpuji. Sehingga segala sesuatu yang lebih kuat dan lebih banyak dalam mas’alah ini adalah lebih baik. Dan pendapat yang demikian ini adalah salah. Akan tetapi sesungguhnya khuf adalah cambuk Allah yang dengan cambuk ini Allah menggiring hambanya kepada sifat rajin atas ilmu dan amal agar dengan keduanya (ilmu dan amal) seorang hamba akan memperoleh derajad kedekatan kepada Allah Ta’ala.
Dan yang paling baik bagi binatang ternak adalah mereka tiada terlepas dari cemeti, demikian pula anak kecil. Akan tetapi pentakutan/cemeti yang demikian ini tidak menunjukkan bahwa pemukulan dengan penuh kekuatan adalah terpuji. Demikian pulakhauf terdapat kesingkatan, kesangatan / kuat dan sedang. Dan yang terpuji / baik adalah yang sedang / pertengahan.
Adapun derajad singkat (sedikit dalam hal khauf) maka hal ini berlaku sebagaimana berlakunya kehalusan wanita yang mana ketakutan itu mengguris di dalam hati ketika mendengarkan beberapa ayat Al-Qur’an maka menyebabkan tangisan dan meneteskan air mata. Demikian pula (hal ini terjadi) ketika melihat sebab-sebab yang menggemparkan, apabila hilang sebab-sebab itu dari perasaan, kembalilah hati kepada ghaflah / kelupaan. Inilah ketakutan yang singkat, sedikit manfaatnya. Ia Seperti ranting yang kecil yang dipergunakan untuk memukul hewan yang besar dan kuat yang tidak akan menyakitkan dengan kesakitan yang sangat sehingga tidak dapat menggiringnya ke tempat yang dimaksud dan tidak baik bagi pelatiahnnya.
Maka demikianlah ketakutan semua manusia kecuali ‘arifiin dan ulama’ . Dan yang kami maksudkan bukanlah ulama yang hanya sebutannya saja dengan nama ulama karena sesungguhnya mereka juga termasuk yang paling jauh dari khauf akan tetapi yang kami maksud adalah ulama’ biLlah dan mengetahui hari-hariNya dan af’alNya . Dan yang demikian ini sulit ditemukan pada zaman sekarang ini.
Karena itulah telah berkata Fudhail bin Iyadh, “apabila engkau ditanya oleh seseorang, ‘apakah engkau termasuk orang yang takut kepada Allah Ta’ala, maka diamlah. Karena apabila engkau menjawab tidak maka engkau kufur. Dan apabila engkau menjawab yamaka engkau telah berbohong.” Dan beliau mengisyaratkan yang demikian karena sesungguhnya orang yang khauf / takut adalah orang yang menjaga perbuatannya dari maksiyat dan merantainya dengan ta’at . dan apa yang tidak menimbulkan bekas pada amal perbuatan, maka itu adalah bisikan hati dan gurisan di dalam hati saja yang tidak pantas dinamakan dengan istilah khauf / takut.
Adapun khauf yang bersangatan maka itu adalah khauf yang kuat yang melampui batas sedang / pertengahan sehingga menyebabkan keluar pada keputus asaan. Dan khaufdemikian ini tercela juga karena dapat menghalangi melakukan amal (disebabkan putus asa) dan sampai menyebabkan pula kepada sakit dan lemah dan bimbang dang heran dan hilangnya akal.
Maka yang dikehendaki dari khauf adalah sebagaimana yang dikehendaki pada cemeti / cambuk yaitu yang membawa kepada amal. Jikalau tidak karena tujuan ini maka tidaklahkhauf itu menjadi sempurna dalam hakikatnya karena sumbernya adalah kebodohan dan kelemahan. Adapun kebodohan karena ia tidak tahu akibat dari pekerjaannya karena kalau ia mengetahui, niscaya ia tidak akan takut karena apa yang ia takutkan adalah sesuatu yang ia ragukan. Adapun kelemahan, adalah sesungguhnya ia mendatangkan yang ditakuti yang ia tidak mampu menolaknya. Jadi takut itu terpuji apabila dikaitkan kepada kekurangan anak adam (manusia). Dan yang terpuji pada dirinya dan zatnya ialah :ilmu dan qudrah / kehendak dan setiap apa yang boleh disifatkan Allah Ta’ala dengan dia. Dan apa saja yang tidak boleh disifatkan Allah Ta’ala dengan dia maka tidaklah ia sempurna di dalam zatnya. Dan sesungguhnya menjadi terpuji apabila dikaitkan kepada kekurangan yang lebih besar daripadanya. Sebagaimana orang yang menanggung kepedihan obat itu terpuji karena ia lebih ringan daripada pedihnya sakit dan mati. Maka apa saja yang keluar kepada keputus asaan adalah tercela.
Bahkan terkadang keluar pula khauf / takut kepada membawa sakit dan lemah dan heran dan kehilangan akal dan terkadang keluar pula khauf kepada menyebabkan kematian. Dan semua itu adalah tercela, dan keadaannya seperti pukulan yang membunuh anak kecil dan seperti pukulan cemeti yang merusak / menghancurkan hewan, atau menyakitinya, atau memecahkan salah satu dari anggota tubuhnya.
Sesungguhnya RasuluLLah SAW menjelaskan sebab-sebab raja’ / harap dan kebanyakan darinya adalah untuk menghilangkan serangan khauf yang bersangatan yang membawa kepada keputus asaan atau salah satu dari hal-hal itu. Oleh karena itu dalam perkara apa saja yang terbaik adalah yang membawa kepada tercapainya maksud . dan apa saja yang mengurangkan atau melampaui dari apa yang dimaksudkan adalah tercela.
Dan faedah khauf adalah hati hati, dan wara’ dan taqwa dan mujahadah dan ibadah dan tafakur dan dzikir dan segala sebab yang dapat mencapai kepada Allah Ta’ala. Dan semua itu membawa kepada kehidupan dengan kesehatan badan dan akal. Maka setiap sesuatu yang mencederakan dari sebab-sebab ini adalah tercela.
Jika engkau mengatakan, “Barang siapa yang takut kemudian ia mati disebabkan ketakutannya adalah syahid, maka bagaimana bisa dikatakan keadannya adalah tercela ?”. Maka ketahuilah bahwa arti adanya ia syahid adalah padanya mempunya tingkat, disebabkan kematiannya dari ketakutan. Ia tidak dapat mencapai tingkat itu, apabila ia mati pada waktu itu, tidak disebabkan karena ketakutan. Maka apabila dikaitkan dengan yang demikian, adalah keutamaan. Adapun bila dikaitkan dengan ditakdirkan masih adanya ia dan panjang umurnya pada menta’ati Allah Ta’ala dan berjalan di atas jalanNya, maka tiadalah ia (yang mati karena khauf) adalah lebih utama. Bahkan bagi salik di jalan Allah Ta’ala dengan jalan tafakur dan mujahadah dan mendaki ke tingkatan ma’ariif , pada setiap detik itu memiliki pangkat syahid dan syuhada’. Kalaulah tidak karena alasan ini, niscaya derajat anak kecil yang mati atau orang gila yang diterkam binatang buas akan lebih tinggi dari pada derajad Nabi atau Wali yang meninggal dunia begitu saja. Dan yang demikian ini muhal (tidak mungkin), maka tidak sepantasnya kita memiliki pendapat yang demikian. Akan tetapi kebahagiaan yang paling utama adalah panjang umur untuk tha’at kepada Allah Ta’ala.
Maka setiap apa yang merusakkan umur atau akal atau kesehatan yang mengkosongkan umur karena kerusakan itu adalah suatu kerugian dan kekurangan, dengan dikaitkan beberapa hal. Walaupun ada sebagiannya itu keutamaan, dengan dikaitkan pada hal-hal yang lain. Seperti naik saksi itu suatu keutamaan apabila dikaitkan kepada sesuatu yang lebih rendah darinya dan tidak lebih utama apabila dikaitkan dengan derajay orang yang taqwa dan para shidiqqiin . Jadi, khauf jika tidak membekas kepada amal , maka adanya seperti tidak ada, seperti cemeti yang tidak dapat menghalau hewan ternak. Dan apabila membekas kepada amal, maka ia memiliki tingkatan sesuai yang tampak pada bekas amalnya.
Dan jika khauf tidak membawa selain kepada ‘iffah (yaitu mencegah dari keinginan hawa nafsu), maka ia memiliki beberapa derajad. Apabila wara’ itu berubah, maka ia lebih tinggi tingkatannya. Dan yang paling tinggi derajadnya adalah apabila ia membawa kepada derajad para shidiqqiin, yaitu tercabutnya ia secara lahir dan bathin dari segala sesuatu selain Allah Ta’ala hingga tiada yang tersisa suatu kelapangan bagi selain Allah Ta’ala. Maka inilah yang terjauh / tertinggi dari apa yang terpuji (dari khuf). Dan yang demikian ini apabila disertai kekalnya kesehatan dan aqal. Apabila yang demikian ini melampaui batas sehingga menghilangkan akal dan kesehatan maka pada hakekatnya itu adalah penyakit yang harus dihilangkan apabila mampu. Dan apabila itu terpuji, maka tidaklah wajib menghilangkannya dengan sebab-sebab raja’ / harap dan dengan yang lain sehingga ia hilang. Oleh karena itu Sahal RA berkata kepada murid-muridnya yang selalu melaparkan diri pada hari-hari yang banyak jumlahnya , “jagalah akalmu semua karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memiliki wali yang kurang akal”.
PENJELASAN : Bahagian-bahagian takut dengan dikaitkan kepada apa yang ditakutkan.
Ketahuilah sesungguhnya takut tidak dapat diyakini melainkan dengan adanya suatu penantian terhadap sesuatu yang tidak disukai. Adakalanya sesuatu itu tidak disukai karena dzatnya seperti api, dan adakalanya sesuatu itu dibenci karena dapat menyebabkan akibat yang tidak baik seperti kebencian terhadap ma’siyat karena dapat menyebabkan keburukan di akhirat. Dan seperti pula orang yang sakit yang membenci beberapa makanan yang membahayakan yang dapat menyebabkannya kepada kematian.
Maka tidak boleh tidak bagi orang yang takut untuk menyerupakan dirinya dengan salah satu dari dua perumpamaan di atas dan memperkuat penantiannya di dalam hatinya sehingga hatinya terbakar disebabkan terasanya apa yang tidak disukainya itu.
Dan derajad orang-orang yang takut itu berbeda-beda sesuai dengan apa yang mengerasi di dalam hatinya yang berkenaan dengan hal-hal yang dibenci dan yang ditakuti. Maka orang-orang yang hatinya dikerasi dengan hal-hal yang tidak dibenci pada dzatnya akan tetapi dikarenakan yang lainnya, maka keadaannya sama seperti orang yang orang yang bersangatan ketakutannya kepada mati sebelum bertaubat, atau ketakutan terhadap runtuhnya taubat dan memungkirnya janji, atau ketakutan terhadap lemahnya kekuatan dari menepati dengan kesempurnaan hak-hak Allah Ta’ala, atau takut terhadap hilangnya kehalusan hati dan berganti dengan kekerasan hati, atau takut condongnya hati dari keadaan istiqamah (kelurusan dan ketetapan pendirian), atau takut akan berkuasanya kebiasaan dalam mengikuti hawa nafsu syahwat yang dibiasakan, atau takut jika Allah membuatnya lesu dari melakukan kebaikan yang ia pegang kepadanya dan yang menyulitkan pada hamba-hamba Allah, atau takut kesombongan yang disebabkan karena banyaknya ni’mat Allah Ta’ala kepadanya, atau takut hatinya disibukkan oleh hal-hal selain Allah Ta’ala, atau takut diulur (istidraj) oleh Allah dengan berturut-turutnya ni’mat yang datang, atau takut karena tersingkapnya beberapa bahaya keta’atannya dimana nampak olehnya dari Allah Ta’ala apa yang tidak disangkakannya, atau takut terhadap terikutnya manusia padanya tentang umpatan, dan khiyanat dan penipuan dan penyembunyian keburukan atau taku terhadap apa yang tidak ia lihat bahwa itu akan terjadi pada sisa-sisa umurnya, atau takut akan dipercepat siksa di dunia dan tersiarnya sebelum mati, atau takut akan tertipu oleh keelokan-keelokan duniawi, atau takut terlihat oleh Allah Ta’ala atas apa yang tersembunyi pada keadaan ketika ia lalai dari Allah Ta’ala, atau takut terhadi akhir hayatnya ketika mati dengan keadaan suu’ul khatimah, atau takut terhadap ketentuan Allah Ta’ala yang telah ditetapkan untuknya sejak zaman azali. Maka semua yang tersebut di atas adalah ketakutan para ‘arifiin dan bagi setiap orang memiliki faedah khusus yaitu menempuh jalan berhati-hati dari apa yang membawa kepada hal yang ditakutkannya.
Oleh karena itu barang siapa yang takut akan berkuasanya adat kebiasaan (dalam mengikuti nafsu dan syahwat), maka hendaklah ia membiasakan diri berpisah dengan adat kebiasaan. Dan bagi orang takut dilihat oleh Allah Ta’ala akan rahasia bathinnya maka hendaklah ia bersungguh-sungguh membersihkan hati dari wasaws (bisikan setan). Demikian pula pada hal-hal yang lain.
Dan yang paling kuat ketakutan ini dengan yakin adalah ketakutan buruk kesudahan (suu’ul khatimah) karena permasalahan ini adalah hal yang sangat membahayakan. Dan yang paling tinggi dan yang paling menunjukkan pada kesempurnaan ma’rifah (dari yang tersebut tadi) adalah ketakutan terhadap ketetapan Allah Ta’ala yang telah lalu, karena sesungguhnya khatimah mengikuti kepastian yang telah lalu (pada zaman azali). Dan cabang-cabang dari yang mendahului itu di selang selangi banyak sebab. Oleh karena itukhatimah akan menampakkan apa yang terdahulu dari qadha’ (ketetapan Tuhan) dalamUmmul Kitab. Dan ketakutan terhadap khatimah jika dibandingkan ketakutan dengansabiqah (ketetapan Allah pada zaman azali) adalah seperti dua orang laki-laki yang telah ditanda tangani oleh raja suatu keputusan terhadap dirinya. Mungkin bahwa tanda tangan itu adalah perintah pemotongan leher baginya, dan mungkin juga ketetapan tanda tangan tersebut berupa penyerahan jabatan kementerian kepadanya. Dan tanda tangan tersebut belumlah sampai kepada keduanya kemudian. Maka terikatlah hati salah satu dari kedua orang tersebut dengan keadaan sampainya dan tersiarnya tanda tangan itu, dan sesungguhnya apa yang akan terjadi. Dan juga terikatlah hati orang yang satunya lagi pada keadaan tanda tangan raja dan caranya, dan apa yang terguris pada diri raja tentang tanda tangan itu akankah berupa rahmat atau murka. Dan ini adalah penolehan kepada sebab, dan ini lebih tinggi daripada penolehan kepada apa yang menjadi cabang.
Maka demikianlah penolehan pada qadha Allah Ta’ala pada zaman azali yang berlaku sebagai tanda tangannya Al-Qalam (lauh al-mahfudz) sudah pasti lebih tinggi derajadnya daripada penolehan terhadap apa yang lahir pada yang abadi. Karenanya Nabi SAW tealh memberi isyarat ketika berdiri di atas mimbar, lalu beliau menggenggam telapak tangan kanannya kemudian bersabda, “Ini adalah kitab Allah tertulis di dalamnya ahli surga dengan namanya beserta nama orang tuanya, tidak ditambah dan tidak dikurangi.”.kemudian beliau memegang telapak tangan kiri dan bersabda, “Ini adalah Kitab Allah yang tertulis di dalamnya ahli neraka, nama mereka dan nama orang tua mereka tidak ditambah dan tidak dikurangi. Dan hendaklah diperbuat oleh orang yang memperoleh kebahagiaan dengan perbuatan orang yang memperoleh kecelakaan, sehingga dikatakan bahwa mereka termasuk orang-orang ahli celaka. Akan tetapi kemudian Allah melepaskan mereka sebelum mati meskipun hanya dalam waktu seperti istirahatnya. Dan hendaklah berbuat orang yang ahli golongan celaka dengan perbuatan orang-orang ahli bahagia / selamat hingga dikatakan kepada mereka bahwa mereka golongan celaka tersebut termasuk golongan orang-orang yang beruntung, bahkan mereka (golongan saqawah itu adalah golongan sa’idah). Kemudian allah mengeluarkan mereka sebelum mati walaupun lamanya seperti lamanya istirahat diantara dua kali perahan susu unta. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang bahagia dengan qadha Allah. dan orang yang celaka adalah orang yang celaka karena qadha Allah. Wal a’mal bil khawaatiim dan sesungguhnya amal itu dipandang pada kesudahannya.”
Dan yang demikian ini seperti terbaginya orang-orang yang takut kepada : – orang yang takut kepada Allah karena perbuatan dosanya dan takut akan hukuman yang diterimanya, dan –Orang yang takut kepada Allah Ta’ala itu sendiri, karen sifat-Nya dan keagungan-Nya. Dan sifat-sifat Allah Ta’ala yang menyebabkan haibah ketakutan daripada hambanya, maka inilah tingkat tertinggi, dan karena itulah tetap abadi rasa takutnya kepada Allah Ta’ala meskipun ia telah ta’at sebagaimana tha’atnya para shidiqqien. Adapun golongan yang lain (yang takut karena perbuatannya yang aniaya, maka takut yang demikian itu berada pada halaman keterperdayaan dan keamanan, jika ia rajin mengerjakan amalan tha’at. Maka takut kepada ma’siyah, itulah takutnya orang – orang shaleh. Sedangkan takut kepada Allah Ta’ala itulah takutnya orang-orang muuhidiin (orang yang mengesakan Allah Ta’ala), dan itulah buah ma’rifah kepada Allah Ta’ala.
Dan setiap orang yang mengenal Allah Ta’ala dan mengetahui sifat-sifat-Nya, niscaya ia tahu dari sifat-sifat-Nya, akan apa yang layak untuk ditakutkan meski tanpa penganiayaan kepada diri sendiri. Bahkan orang yang bermaksiyat apabila ia mengetahui / mengenal Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya ma’rifah niscaya ia akan takut kepada Allah Ta’ala dan tidak takut kepada ma’siyatnya. Dan jikalau tidaklah DIA itu mempertakutkan kepada diri-Nya, niscaya tidak dijadikan-Nya bagi hamba-Nya perbuatan ma’siyat, dan berlaku atasnya sebab-sebab maksiyat. Dan tiada terdahulu sebelum amal tha’at, jalan yang menjadi jalan dengan ketha’atan itu bagi orang yang akan memudahkan baginya ketha’atan. Dan menyediakan jalan baginya kedekatan kepada Allah Ta’ala. Maka orang yang bermaksiyat itu telah ditakdirkan qadha’ Tuhan atas dirinya dengan kemaksiyatan, mau atau tidak mau. Dan begitu pula orang yang mengerjakan tha’at.
Maka Yang mengangkat Sayyidina Muhammad SAW ke derajat yang paling tinggi (a’lal ‘iliyyiin) tanpa jalan perantara yang mendahuluinya sebelum adanya dan Yang merendahkan abu jahal pada tingkat yang paling rendah tanpa penganiayaan yang mendahuluinya sebelum adanya, maka layaklah untuk ditakutkan kepada-Nya dikarenakan sifat Keagungan-Nya. Karena sesungguhnya orang yang ta’at kepada Allah Ta’ala niscaya ia menta’ati dengan berkuasanya atas dirinya iradah (kehendak) ta’at. Dan ia mendatangkan kepadanya akan kesanggupan (Qudrah). Dan sesudah penciptaan iradahyang mantap dan qudrah (kehendak) yang sempurna, maka jadilah pekerjaan itu menjadi mudah.
Dan orang-orang yang berbuat maksiyat, sesungguhnya ia berbuat maksiyat karena dikuasai oleh iradah / kehendak yang kuat dan mantap, dan didatangkan kepadanya sebab-sebab kemampuan. Maka jadilah perbuatan setelah iradah dan qudrah itu mejadi mudah dilakukan. Maka apakah kiranya yang menyebabkan pemuliaan dari yang sebagian ini dang pengkhusushan-nya dengan penguasaan kehendak tha’at ?, dan apakah yang mengharuskan penghinaan kepada bagian yang lain dan dijauhkannya dengan terkuasai perbuatan maksiyat kepadanya ?. Bagaimanakah keadaan yang demikian ini terjadi pada seorang hamba ? dan apabila kejadian itu kembali kepada qadha azali dengan tanpa penganiayaan dan washilah ?
Maka ketakutan kepada Yang Mengqadha-kan atas segala sesuatu dan Yang Menetapkan hukum sesuai dengan Yang dikehendaki-Nya, merupakan sebuah kekokohan pikiran bagi setiap orang yang berakal. Dan dibalik makna semua ini adalah rahasia qadar (taqdir) yang tidak diperbolehkan menyiarkannya.
Dan tidaklah mungkin dapat difahami kondisi ketakutan kepada Allah Ta’ala atas sifat-Nya Yang Maha Agung dan Maha Mulia kecuali dengan contoh / perumpamaan. Jikalaulah tidak karena keizinan syara’ niscaya orang-orang yang memiliki mata hati berani menyebutkannya. Sebagaimana telah datang pada hadits bahwa Allah Ta’ala telah menurunkan wahyu kepada Dawud AS, “Wahai Dawud, takutlah kamu kepada-Kusebagaimana takutmu kepada binatang buas yang ganas”. Maka inilah perumpamaan yang membuatmu faham terhadap hasil daripada makna walaupun tidak memberikan pengertian kepada engkau akan sebabnya. Karena sesungguhnya pengertian atas sebabnya itu adalah pengertian akan rahasia qadar taqdir). Dan yang demikian ini tidaklah teringkap selain bagi ahlinya.
Wal hasil, sesungguhnya binatang buas itu ditakuti bukan dikarenakan penganiayaan yang mendahulu engkau daripadanya, akan tetapi ditakuti karena sifatnya, serangannya, kekerasannya, kesombongannya dan kehebatannya. Dan dikarenakan ia berbuat sekehendak hatinya dengan tidak peduli apapun. Jika binatang buas itu membunuhmu maka tiadalah hatinya menaruh belas kasihan, dan tiadalah hatinya merasakan pedih dengan membunuhmu. Dan jika ia melepaskanmu, maka tidak dilepaskannya engkau karena kasih sayangnya kepadamu dan karena mengekalnya nyawa engkau, akan tetapi engkau bagi binatang buas itu dianggapnya lebih keji daripada jika ia menoleh kepadamu baik engkau dalam keadaan hidup atau mati. Bahkan pembinasaan seribu orang seperti engkau dan pembinasaan seekor semut daginya sama saja, karena tidak mencederai yang demikian itu pada alam kebuasannya dan apa yang disifatkan baginya, dari sifat qudrah / kemampuan dan kekerasannya.
Dan bagi Allah contoh yang paling tinggi (Al Matsalul a’la) . akan tetapi orang yang mengenal Allah niscaya ia mengenal dengan penyaksian bathiniah yang mana penyaksian itu lebih kuat dan lebih terpercaya dan lebih jelas dari pada penyaksian dhahiriyah dan sesungguhnya IA benar dalam firman-Nya “Mereka itu ke surga dan AKU tidak peduli. Dan lainnya mereka itu ke neraka dan AKU tidak peduli “.
Dan cukuplah bagi engkau daripada yang mengwajibkan kehaibatan dan ketakutan ialahma’rifah dengan Al-Istighna’ (Allah tidak memerlukan kepada makhluk) dan tiada mempedulikan.
Dan tingkat kedua dari orang-orang yang takut adalah bahwa ia membuat contoh untuk dirinya terhadap sesuatu yang tidak disukai, dan yang demikian ini seperti sakaratil mautdan kesangatannya, atau pertanyaan Munkar dan Nakir, atau adzab kubur, atau huru hara kebangkitan dari kubur atau kehaibatan tempat pemberhentian di hadapan Allah Ta’ala dan rasa malu atas tersingkapnya tirai (yang menutupi rahasia), dan terhadap pertanyaan di tempat perhentian itu dari hal yang sedikit dan yang halus, atau takut terhadap titianshiratal-Mustaqiim dan ketajamannya dan bagaimana melaluinya, atau takut terhadap neraka, belenggunya dan huru haranya, atau takut terhalang tidak mendapatkan surga negeri yang penuh kenikmatan dan kerajaan tempat tinggal, dan takut berkurangnyaderajat , atau takut terhijab dari Allah Ta’ala.
Dan semua sebab tersebut tidak disukai karena sebeb itu sendiri, maka sudah pasti ia menakutkan. Dan berbeda – beda keadaan orang yang takut di dalamnya. Dan yang paling tinggi derajadnya adalah takut berpisah dan terhijab / terhalang dari Allah Ta’ala. Dan yang demikian ini adalah takutnya orang orang ‘aariif , dan apa yang sebelumnya itu adalah takutnya orang-orang ‘amiliin dan shalihiin dan orang-orang zuhud dan alam selengkapnya.
Dan barang siapa yang tidak sempurna ma’rifatnya dan tidak terbuka mata haitnya maka ia tidak akan dapat merasakan ledzatnya terhubung (wishal) dengan Allah Ta’ala, dan tidak pula dapat merasakan pedihnya berjauhan dan berpisah dengan Allah Ta’ala. Apabila dikatakan kepada mereka bahwa takutnya orang arif itu takut kepada hijab bukannya takut kepada neraka maka mereka mendapatkan dalam bathiniyahnya keingkaran. Dan ia merasa heran (ta’jub) dengan dirinya sendiri. Dan terkadang mereka mengingkariledzatnya memandang Wajah Allah Yang Maha Mulia. Dan jikalau ia tidak dilarang olehsyara’ agama pada mengingkarinya, maka adalah pengakuannya dengan lidah itu dari karena paksaan taklid (ikut-ikutan). Dan apabila tidak, maka sesungguhnya bathinya tidak membenarkannya karena ia tidak mengenal selain kelezatan perut dan kemaluan dan memandang warna-warni dan wajah yang cantik. Dan kesemuanya itu adalah kelezatan yang serupa dengan kelezatan yang dirasakan oleh hewan. Adapun keledzatan para árifiinmaka selain mereka tidak ada yang tahu. Dan penguraian serta pembentangan masalah yang demikian ini tidak diperbolehkan kepada orang yang bukan ahlinya. Dan bagi ahlinya, maka ia melihat dengan sendirinya dan tiada butuh membentangkannya kepada orang lain. Maka pada bagian bagian inilah kembalinya ketakutan orang-orang yang takut. Kita bermohon kepada Allah Ta’ala akan baiknya taufik dan kemurahan-Nya.http://manakib.wordpress.com/category/ihya-al-ghazali/
No comments:
Post a Comment