Thursday

Pengertian, Syarat, Rukun Puasa Dan Mengoptimalkan Ibadah Ramadhan

Bismillahirahmanirahim...

Assalamulaikum  kepada semua muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat semua terutamanya pembaca blog ini..Bersempena bulan ramadhan yang mulia akan tiba tak beberapa hari lagi ni..penulis bermohon kemaafan diatas segala kesalahan,kesilapan,terkasar bahasa,tersilap bicara,tergoris emosi dan sebagainya yang penulis tidak menyedarinya.
Semoga Ibadat Puasa kita akan diterima Allah Azawajalla..Aminn.

Pengertian, Syarat dan Rukun Puasa

Apa itu Puasa?
Puasa ialah menahan diri dari makan dan minum serta melakukan perkara-perkara yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sehingga terbenamnya matahari.
Hukum Puasa
Hukum puasa terbahagi kepada tiga iaitu :
  • Wajib – Puasa pada bulan Ramadhan.
  • Sunat – Puasa pada hari-hari tertentu.
  • Haram – Puasa pada hari-hari yang dilarang berpuasa.
Syarat Wajib Puasa
  • Beragama Islam
  • Baligh (telah mencapai umur dewasa)
  • Berakal
  • Berupaya untuk mengerjakannya.
  • Sihat
  • Tidak musafir
Rukun Puasa
  • Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar.
  • Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari.
Syarat Sah Puasa
  • Beragama Islam
  • Berakal
  • Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita
  • Hari yang sah berpuasa.
Sunat Berpuasa
  • Bersahur walaupun sedikit makanan atau minuman
  • Melambatkan bersahur
  • Meninggalkan perkataan atau perbuatan keji
  • Segera berbuka setelah masuknya waktu berbuka
  • Mendahulukan berbuka daripada sembahyang Maghrib
  • Berbuka dengan buah tamar, jika tidak ada dengan air
  • Membaca doa berbuka puasa
Perkara Makruh Ketika Berpuasa
  • Selalu berkumur-kumur
  • Merasa makanan dengan lidah
  • Berbekam kecuali perlu
  • Mengulum sesuatu
Hal yang membatalkan Puasa
  • Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan
  • Muntah dengan sengaja
  • Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja
  • kedatangan haid atau nifas
  • Melahirkan anak atau keguguran
  • Gila walaupun sekejap
  • Mabuk ataupun pengsan sepanjang hari
  • Murtad atau keluar daripada agama Islam
Hari yang Disunatkan Berpuasa
  • Hari Senin dan Kamis
  • Hari putih (setiap 13, 14, dan 15 hari dalam bulan Islam)
  • Hari Arafah (9 Zulhijjah) bagi orang yang tidak mengerjakan haji
  • Enam hari dalam bulan Syawal
Hari yang diharamkan Berpuasa
  • Hari raya Idul Fitri (1 Syawal)
  • Hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah)
  • Hari syak (29 Syaaban)
  • Hari Tasrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183)
Bulan Ramadhan, bulan suci nan penuh hikmah itu sedang kita jalani. Ia telah menghampiri kita dengan segenap kemuliaannya. Sebagai hamba Allah yang beriman sudah semestinya kita bersiap-siap menyambut kedatangannya sebagaimana Rasulullah saw selalu mempersiapkan diri untuk menjalani Ramadhan, bahkan dua bulan sebelumnya. Para sahabat selalu berdebar-debar menanti kedatangannya karena takut tak mendapatkan bulan mulia tersebut. Bahkan, kata Allah, jika saja seluruh manusia takut keutamaannya niscaya mereka menginginkan seluruh bulan itu adalah Bulan Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan ‘obral’pahala, ‘diskon’dosa besar-besaran, dan ‘doorprize’lailatul qadar.
Hal-hal apa saja yang harus kita persiapkan menyongsong Ramadhan? Berikut ini beberapa rambu agar Ramadhan kita kali ini tidak terlewat begitu saja.
Pertama, anggaplah Ramadhan kali ini adalah kesempatan Ramadhan terakhir. Kehilangan momentum Ramadhan kali ini, berarti kita kehilangan momentum yang sangat berharga untuk kelanjutan kehidupan setelahnya. Tak ada manusia yang mengetahui batas usia yang Allah berikan.
Kedua, sebisa mungkin isilah Ramadhan dengan agenda yang jelas. Cantumkan langkah-langkah aktivitas yang harus dilakukan setiap hari, mulai bangun tidur, membaca dzikir setiap pagi hari, membaca Al-Qur’an, bekerja, shalat jamaah, dan sebagainya. Tujuannya agar kita lebih mudah melakukan evaluasi terhadap kuantitas ibadah yang dilakukan. Seperti ungkapan Amirul Mukminin Umar bin Khattab, “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab pada hari kiamat.”
Ketiga, jauhi sikap menunda-nunda amal ibadah. Berusahalah sekuat tenaga tidak mengorbankan agenda kegiatan yang telah disusun. Sekali saja kita mengalah dan mengorbankan agenda tersebut, akan sangat mempengaruhi turunnya semangat untuk melanjutkan langkah mengisi bulan Ramadhan.
Keempat, tanamkan sikap untuk tidak mudah tunduk pada perasaan lelah dari mengerjakan amaliyah Ramadhan. Inti dari langkah ini adalah mujahadah melawan keinginan untuk tidak melakukan amal ketaatan dengan berbagai alasan.
Kelima, lakukan muhasabah dan evaluasi harian sebelum tidur terhadap amal yang telah dilakukan. Munculkan tekad untuk bisa melakukan yang lebih baik di hari selanjutnya.
Keenam, hindari pekerjaan yang terlalu berat di siang hari. Hal ini sangat wajar, karena bagaimanapun di bulan Ramadhan kita memiliki tingkat aktivitas yang padat di malam hari, dengan berbagai macam ibadah. Terlalu lelah, bisa mengakibatkan tubuh malas dan bisikan syaitan pun semakin mempunyai alasan untuk melemahkan fisik kita.
Ketujuh, sedapat mungkin putuskan atau kurangi melakukan aktivitas yang bernuansa hiburan, yang tidak memiliki kaitan dengan ibadah di bulan Ramadhan. Pandangan mata, pendengaran telinga, dan segala aktivitas lahiriah akan sangat mempengaruhi kualitas ibadah dan amal sholeh yang dilakukan.
Kedelapan, sering-sering dan perbanyak bertemu dengan komunitas dan lingkungan yang mengajak kita untuk mengingat Allah. Perbanyak shalat di masjid, perbanyak berdiskusi dengan rekan-rekan yang mengingatkan pada hal-hal yang bermanfaat. Bertemu dan bergaul dengan orang-orang shalih akan memberi suplai semangat dan tenaga baru dalam jiwa kita untuk melakukan ketaatan.
Kesembilan, hindari terlalu kenyang ketika berbuka puasa. Ini kondisi yang sangat sering terjadi bagi orang yang berpuasa dan ternyata merusak nilai puasa. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan, tidak ada wadah yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal.
Kesepuluh, tunaikan ibadah sunnah i’tikaf di masjid dalam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Berusahalah untuk berada di masjid di waktu malam agar bisa lebih berkonsentrasi beribadah dan menghidupkan malam. Sesungguhnya sepuluh hari terakhir adalah detik-detik perpisahan kita dengan Ramadhan yang sangat mulia dan dirindukan, karenanya saat itulah kita harus lebih memanfaatkan sebaik mungkin.
Dengan memperhatikan hal tersebut, semoga Ramadhan kita kali ini menjadi Ramadhan yang terbaik sepanjang sejarah Ramadhan yang pernah kita lewati